Transcription

TRADISI KHOTMUL QURAN(Studi Living Quran Pemaknaan Khotmul Quran di Pondok PesantrenIttihadul Ummah Ponorogo)SKRIPSIOleh:Miftahul HudaNIM. 210416007Pembimbing:Moh. Alwy Amru Ghozali, S.TH.I., M.S.INIP. 2024048402JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN DAKWAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO2020

TRADISI KHOTMUL QURAN(Studi Living Quran Pemaknaan Khotmul Quran di PondokPesantren Ittihadul Ummah PonorogoSKRIPSIDiajukan untuk melengkapi sebagian syarat-syarat gunamemperoleh gelar sarjana program strata satu (S-1) padaFakultas Ushuluddin, Adab, dan DakwahInstitut Agama Islam NegeriPonorogoOleh:Miftahul HudaNIM. 210416007Pembimbing:Moh. Alwy Amru Ghozali, S.TH.I., M.S.INIP. 2024048402JURUSAN ILMU AL-QUR’A N DAN TAFSIRFAKULTAS USHULUDIN, ADAB, DAN DAKWAHINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO2020ii

ABSTRAKHuda, Miftahul. 2020. Tradisi Khotmul Quran (Studi Living Quran PemaknaanKhotmul Quran di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo). Skripsi.Jurusan Ilmu Al Quran dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Adab dan DakwahInstitut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing, Moh. AlwiAmru Ghozaly, S. TH.I., M. S. I.Kata Kunci: Tradisi, Khotmul Quran, Ponpes Ittihadul Ummah, Living QuranPenelitian skripsi ini membahas tentang fenomena sosial living Quran, yaituTradisi khotmul Quran yang dilaksanakan di Ponpes Ittihadul Ummah Banyudono.Kegiatan ini dilaksanakan oleh seluruh kalangan santri yang dilaksanakan setiapmalam Ahad Legi.Fokus pembahasan dari penelitian ini adalah terkait bagaimana praktik danbagaimana partisipan memaknai tradisi khotmul Quran di Pondok PesantrenIttihadul Ummah Banyudono berdasarkan metode Navid Kermani. Jenis penelitianini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dalam proses pengumpulan data penelitimengunakan tiga metode, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Mengenaianalisa yang digunakan dalam skripsi ini penulis mengunakan metode Farid Esackyaitu teori pecinta Alquran serta metode Navid Kermani, yang inti dari teorinyaadalah pemetaan mengenai interaksi manusia dengan Alquran. Pemetaan ini tidakberpretensi untuk menilai bahwa cara interaksi suatu kelompok tertentu itu lebihbaik daripada kelompok yang lain. Pemetaan ini hanyalah sebuah deskripsi umumsaja.Hasil penelitian dalam skripsi ini yaitu menunjukan bahwa Tradisi KhotmulQuran di Ponpes Ittihadul Ummah Banyudono itu dilaksanakan di malam AhadLegi setelah melakukan Sholat Isya’ berjamaah. Adapun penerapannya adalahdiawali dengan membaca tawasul dan kirim doa leluhur, proses khotmul Quranpeserta dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu dewasa dan anak-anak. Kelompokdewasa membaca dari juz 1 sampai 30 secara berurutan. Sedangkan kelompok anakmembaca dengan dibagi sesuai dengan jumlah peserta. Kegiatan khotmul Quranditutup pagi hari dengan sholat dhuha berjamaah. Makna yang bisa diambil daritradisi Khotmul Quran menurut pengasuh, ustadz dan para santri Pondok PesantrenIttihadul Ummah Banyudono adalah bisa digunakan sebagai wirid, sebagai syiaragama, untuk menambah keberkahan, sarana untuk menambah ganjaran, dan yangterakhir adalah digunakan sebagai melatih diri untuk cinta Alquran.iii

iv

v

vi

vii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangIslam adalah agama yang rahmatallil’alamin. Nabi Muhammadtelah diutus oleh Allah swt untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadaseluruh umat manusia. Pada zaman Nabi seluruh permasalahan langsungbisa ditanyakan kepada beliau.1 Melalui Alquran, banyak permasalahantentang dunia maupun akhirat dapat ditemukan jawabannya. Alquranmemiliki peranan yang sangat penting untuk umat Islam. Kitab suciAlquran selain menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, jugamenjadi sumber inspirasi atas berbagai problem yang dihadapi umat Islam.Alquran menjadi penyejuk sekaligus petunjuk bagi orang muslim.Hidup tanpa Alquran berarti hidup dengan hawa nafsu dan arahan-arahansetan. Dengan cahaya Alquran kegelapan akan sirna dan hiduplah manusiadalam terangnya Alquran. Ini sesuai dengan firman Allah QS. Ibrahim ayat1:ِ ك لِت ْخرِج النَّاس ِمن الظُّلم ات إِ َل النُّوِر بِِ ْذ ِْ َرِّبِِ ْم إِ َ ىل َ الر ۚ كِتَاب أَنْ َزلْنَاه إِلَْي ََ َ َِ ِِ اط الْع ِزي ِز ا ْْل ِم يد َ ص َر َ“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkankepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulitakepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu)menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.”1Dedi Supriadi, Perbandingan Fiqh Siyasah Konsep aliran dan Tokoh Tokoh Politik Islam(Bandung : Pustaka Setia, 2007), hlm 5.1

2Alquran adalah kitab suci Allah SWT yang terakhir diturunkan,sebagai petunjuk dan pemberi pelajaran bagi manusia sekaligus pembedadari yang haq maupun yang bathil. Ayat-ayatnya merupakan jaminanhidayah bagi manusia dalam segala urusan dan setiap keadaan sertajaminan bagi mereka untuk memperoleh cita-cita tertingi dan kebahagiaanterbesar di dunia dan akhirat. Maka, siapa pun yang mengamalkannyamendapatkan pahala, dan yang menyeru orang lain kepadanyamendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus. Rasulullah saw bersabda:"Sesungguhnya Allah mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini(Alquran) dan Allah merendahkan kaum yang lainnya (yang tidak maumembaca, mempelajari dan mengamalkan Al Quran”. (HR. Muslim).2Mempelajari dan membaca Alquran itu sangat disyariatkan,sebagaimana riwayat dari Nabi Saw, beliau bersabda yang artinya:“Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid)sambil membaca Alquran dan saling bertadarus bersama-sama, niscayaakan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka,para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut merekakepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya”. (Hadits RiwayatMuslim).2Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi, Shahih Muslim juz1 (Lebanon, Beirut: Darul Fikri,1993), hlm 360.

3Tujuan diturunkan Alquran antara lain sebagai petunjuk hidup bagimanusia dengan maksud supaya manusia keluar dari kegelapan menujuterang benderang. Di dalamnya lebih dari 6000 ayat yang mana ayat-ayattersebut diturunkan secara bertahap oleh malaikat jibril kepada RasulullahSAW. selama lebih dari 23 tahun. Ayat-ayat tersebut terhimpun menjadisuara atau yang disebut surat yang jumlahnya 114 surat. Di antara suratyang ada di dalam Alquran adalah surat yang paling panjang yaitu alBaqarah yang terdiri dari 286 ayat sedangkan yang paling pendek adalahsurat al-Kautsar yang terdiri dari 3 ayat.3Fenomena masyarakat muslim dalam memperlakukan Alquransebagai kitab suci terlihat dalam berbagai bentuk resepsi. Di dalamkehidupan sehari-hari, mereka melakukan praktik resepsi terhadapAlquran yang diaktualisasikan baik dalam bentuk membaca, memahami,dan mengamalkan maupun dalam bentuk resepsi sosio-kultural. Itu semuakarena mereka mempunyai keyakinan bahwa berinteraksi dengan Alquransecara maksimal akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.4Dalam realitanya, fenomena pembacaan Alquran sebagai sebuahapresiasi dan respon umat Islam ternyata sangat beragam. Ada berbagaimodel pembacaan Alquran, mulai yang berorientasi pada pemahaman danpendalaman maknanya, seperti yang banyak dilakukan oleh para ahli3M. Quraish Shihab, Membumikan Al Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam KehidupanMasyarakat (Bandung: Mizan, 2007), hlm 139.4Nyoman Kutha Ratna, Teori Metode dan Tehnik Penelitian Sastra; dari Strukturalismehingga Poststrukturalisme (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 165.

4tafsir, sampai yang sekedar membaca Alquran sebagai ibadah ritual atauuntuk memperoleh ketenangan jiwa. Bahkan ada model atanmagis(supranatural) atau terapi pengobatan dan sebagainya. 5Kajian terhadap Alquran dapat menghasilkan pemahaman yangberagam sesuai kemampuan masing-masing. Pemahaman tersebut padaakhirnya melahirkan perilaku yang beragam pula. Berdasarkan catatansejarah, perilaku atau praktik memfungsikan Alquran dalam kehidupanpraktis di luar kondisi tekstualnya telah terjadi sejak zaman RasulullahSAW. Hal ini sebagaimana dijelaskan M. Mansur bahwa Nabi SAWpernah melakukan praktik seperti ini, yaitu ketika surat al-Fatihah dipakaisebagai media penyembuhan penyakit dengan cara ruqyah, atau ketikasurat al-Muawadatain dibaca untuk menolak lamiperkembangan wilayah kajian. Dari kajian teks menjadi kajian sosialbudaya, yang menjadikan masyarakat agama sebagai objek kajiannya.Kajian ini sering disebut dengan Living Quran. Secara sederhana LivingQuran dapat dipahami sebagai gejala yang nampak di masyarakat berupapola-pola perilaku yang bersumber dari, maupun respon terhadap nilainilai Alquran. Studi Living Quran tidak hanya bertumpu pada eksistensi5Abdul Mustaqim, Metodologi Penelitian Living Quran dan Hadis (Yogyakarta : Teras,2007), hlm 65.6Sahiron Syamsudin, Metodologi Penelitian Living Qur‟an dan Hadis, (Yogyakarta: THPres Teras,2007), hlm 3.

5tekstualnya, melainkan studi tentang fenomena sosial yang lahir terkaitdengan kehadiran Alquran di wilayah geografi atau lembaga tertentu danmasa tertentu pula.7Living Quran dalam penelitian agama merupakan suatu gejala sosialyang disemangati oleh Alquran. Living Quran dimaksudkan sebagai suatustudi di mana individu atau sekelompok orang memahami Alquran(penafsiran). Living Quran adalah tentang bagaimana Alquran itu disikapidan direspon masyarakat muslim. Oleh karena itu maksud yang dikandungbisa sama, tetapi ekspresi dan ekspektasi terhadap Alquran antarakelompok satu dengan kelompok yang lain, begitu juga antar golongan,antar etnis, dan antar budaya. 8Salah satu fenomena sosial Living Quran yang terjadi dalammasyarakat Islam yang menjadi objek kajian dalam penelitian ini adalahpraktik pengamalan Alquran di Pondok Pesantren Ittihadul UmmahJarakan Banyudono Ponorogo. Pondok Pesantren Ittihadul UmmahJarakan Banyudono Ponorogo merupakan pondok yang melestarikantradisi Khotmul Quran, yang dilaksanakan secara rutin setiap malam AhadLegi atau bisa disebut selapanan. Pondok Pesantren Ittihadul UmmahJarakan Banyudono Ponorogo yang terletak di Kabupaten Ponorogo, JawaTimur, merupakan pesantren berbasis salaf yang sudah cukup lama berdiri.7Muhammad Mansur dkk, Living Qur’an dalam Lintasan Sejarah Al-Qur’an, dalamMetodelogi Penelituan Living Qur’an, Syahiron Syamsuddin (Yogjakarta: TH Press, 2007), hlm 5.8Muhammad yusuf, “Pendekatan Sosiologi dalam Living Quran” dalam shahironsyamsuddin(ed), metodologi penelitian Al Quran (Yogyakarta, teras, 2007), hlm 49-50.

6Di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan Banyudono Ponorogo iniselalu rutin setiap malam Ahad Legi mengadakan tradisi Khotmul Quran.Dalam tradisi Khotmul Quran tersebut yang mengikutinya yaitu parasantri Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan Banyudono Ponorogo.Dalam melakukan Khotmul Quran yaitu dari mulai juz 1 sampai juz 30yang ditempuh dalam waktu satu hari satu malam itu sudah khatam sampai30 juz, yang mana dalam Khotmul Quran tersebut secara bergiliranmembacakan Alquran. Waktu pelaksanaannya dimulai setelah sholat isyahingga selesai 30 juz. Dalam Khotmul Quran ini terbagi menjadi 2kelompok. Kelompok pertama, yaitu kelompok santri yang sudah kuliah.Kelompok pertama dalam pelaksanaan Khotmul Quran dengan caramembaca mulai dari juz 1 – 30 secara bergantian. Ketika satu membacayang lain menyimak bacaan teman yang membaca di mikrofon. Sedangkankelompok kedua, yaitu santri kelas 7 – 12. Metode Khotmul Qurankelompok yang kedua ini berbeda dengan kelompok pertama. Padakelompok kedua ini dibentuk beberapa halaqoh yang sudah terbagi juzyang sudah ditentukan. Kemudian mereka satu persatu membaca dan yanglain menyimak.Kegiatan Khotmul Quran ini mendapat respon baik dari masyarakatsekitar. Hal ini terbukti ketika pelaksanaan Khotmul Quran banyak darimasyarakat yang memberi makanan untuk kegiatan Khotmul Quran ini.Selain itu sebagian dari masyarakat juga terkadang bergabung dalamkegiatan Khotmul Quran ini.

7Tradisi Khotmul Quran di Pondok Pesantren Ittihadul UmmahJarakan Banyudono Ponorogo ini diakhiri pada keesokan harinya.Kegiatan Khotmul Quran ini ditutup oleh pengasuh pondok. SelainKhotmul Quran ada juga ritual-ritual didalamnya seperti adanya salatberjamaah dhuha setelah mengkhatamkan Alquran, membaca wiridpilihan setelah sholat dhuha. Pada wirid setelah sholat dhuha dilakukanmembaca surah Al Fatihah. Namun pada ayat ke 5 dibaca sebanyak 11kali.Keunikan pada kegiatan Khotmul Quran di Pondok PesantrenIttihadul Ummah adalah santri mengikuti kegiatan tersebut denganberbagai tujuan yang berbeda-beda. Santri memiliki perubahan setelahmengikuti kegiatan Khotmul Quran tersebut. Mereka merasakanperubahan dalam diri baik berupa perubahan lahir maupun bathin.Berangkat dari fenomena yang terjadi di Pondok Pesantren IttihadulUmmah Jarakan Banyudono Ponorogo ini, penulis merasa tertarik untukmeneliti atas fenomena yang terjadi dalam tradisi Khotmul Quran yangdilakukan secara rutin setiap malam Ahad Legi, maka dari itu penulistertarik untuk mengangkat tema tersebut ke dalam judul penelitian yangakan dilakukan yaitu: “TRADISI KHOTMUL QURAN (Studi LivingQuran Pemaknaan Qotmul Quran di Pondok Pesantren Ittihadul UmmahPonorogo.)”

8B. Rumusan Masalah1. Bagaimana praktik Khotmul Quran di Pondok Pesantren IttihadulUmmah Banyudono Ponorogo?2. Bagaimana pemaknaan santri tentang Khotmul Quran di PondokPesantren Ittihadul Ummah Banyudono Ponorogo?C. Tujuan dan Manfaat PenelitianPenelitian ini dilakukan bertujuan:1. Mengetahui pelaksanaan Khotmul Quran di Pondok Pesantren IttihadulUmmah Banyudono Ponorogo.2. Mengetahui pemakmaknaan santri tentang Khotmul Quran di PondokPesantren Ittihadul Ummah Banyudono Ponorogo.Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, khususnya pada dirisaya sendiri, dan umumnya bagi masyarakat umum. Yang pertama dari sisinon-akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuandalam rangka untuk mengembangkan atau untuk mengeksplor bagaimanametode rasional dalam memahami Alquran dalam kegiatan KhotmulQuran di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Banyudono Ponorogo danmengembangkan metode Living Quran. Selain itu juga semoga dapatmenambah semangat bagi seluruh muslim dalam mencintai danmengamalkan Alquran.Kedua, dari sisi akademis. Penelitian ini diharapkan dapatmelengkapi pembahasan yang telah ada mengenai bab ini. Kemudian

9selanjutnya penelitian ini juga dapat menambah dam memperluaswawasan mengenai bab ini.D. Kajian PustakaLiteratur penelitian tentang Khotmul Quran sudah cukup banyak diantaranya:Skripsi yang ditulis oleh Vitri Nurawalin dengan judul “PembacaanAlquran dalam tradisi Mujahadah Sabihah Jumu’ah ( Studi Living Qurandi Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman Yogyakarta. Dalamskripsi tersebut dijelaskan mengenai sejarah praktik mujahadah SabihahJumu’ah, dan dijelaskan Mujahadah tersebut memiliki perbedaan antarakomplek satu dengan kompleks lainya. Dalam penelitian ini mengunakanjenis penelitian kualitatif dengan penyajian data dengan perspektif emic,yaitu data dipaparkan dalam bentuk diskripsi menurut data dan carapandang subyek penelitian.9Skripsi yang ditulis oleh Zulfa Afifah dengan judul “Simaan Alqurandalam Tradisi Rasulan (Studi Living Quran di Desa Jatimulyo DlingoBantul Yogyakarta.)” Dalam skripsi tersebut membahas tentang tradisirasulan yaitu tradisi masyarakat sebagai rasa syukur sing mbaureksokarena diberikan hasil panen yang melimpah tradisi tersebut dianggapSkripsi Vitri Nurawalin, “Pembacaan Alquran dalam tradisi Mujahadah SabihahJumu’ah (Studi Living Quran di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman Yogyakarta.)9

10sebagai penghormatan pula kepada Nabi Muhammad dan munculnyaaktivitas pembaca atau Simaan Alquran di dalamnya.10Skripsi karya Raffi’udin dengan judul “Pembacaan Ayat-AyatAlquran dalam Upacara Peret Kandung (Studi Living Quran di DesaPoteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura.)”. Skripsitersebut menyatakan bahwa upacara tersebut pembacaan ayat-ayat AlQuran sebagai media doa untuk memohon keberkahan dan keselamatan.Selain itu sebagai media perantara antara hamba dengan tuhan sangpencipta segalanya supaya semakin dekat dan ingat kepada Allah swt. 11Namun, sejauh ini yang telah peneliti telusuri dalam kajian pustaka,sangat minim yang memfokuskan penelitiannya tentang pemaknaankegiatan khataman Al Quran. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti“TRADISI KHOTMUL QURAN (Studi Living Quran Pemaknaan KhotmulQuran di Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo).E. Kerangka TeoriLiving Quran dapat juga diartikan sebagai studi tentang beragamfenomena atau fakta sosial yang berhubungan dengan kehadiran Alqurandalam sebuah kelompok masyarakat tertentu yang kemudian diaplikasikandalam kehidupan sehari-hari.1210Skripsi Zulfa Afifah, “Simaan Alquran dalam Tradisi Rasulan (Studi Living Quran diDesa Jatimulyo Dlingo Bantul Yogyakarta.)”11Skripsi Raffi’udin, “Pembacaan Ayat-Ayat Alquran dalam Upacara Peret Kandung(Studi Living Quran di Desa Poteran Kecamatan Talango Kabupaten Sumenep Madura.)”12Muhammad Mansur, “Living Qur‟an dalam Lintasan sejarah studi Alquran”, dalamSahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits (Yogyakarta: Teras, 2007),hlm. 8

11Living Quran juga dapat diartikan sebagai fenomena yang hidup ditengah masyarakat Muslim terkait dengan Quran ini sebagai objekstudinya. Oleh karena itu, kajian tentang Living Quran dapat diartikansebagai kajian tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiranQuran atau keberadaan Quran di sebuah komunitas Muslim tertentu.Dengan pengertian seperti ini, maka dalam bentuknya yang palingsederhana The Living Quran tersebut pada dasarnya sudah sama tuanyadengan Quran itu sendiri.Meskipun demikian, praktek-praktek tersebut belum menjadi objekkajian penelitian mengenai Alquran, sampai ketika para ilmuwan barattertarik untuk meneliti fenomena Living Quran tersebut. Penulis yang lainlagi, Muhammad Yusuf, mengatakan bahwa “respons sosial (realitas)terhadap Alquran dapat dikatakan Living Quran. Baik itu Alquran dilihatmasyarakat sebagai ilmu (science) dalam wilayah profane (tidak keramat)di satu sisi dan sebagai buku petunjuk (hudā) dalam yang bernilai sakral(sacred) di sisi yang lain.13Dengan demikian, teori yang akan digunakan dalam penelitian iniadalah apa yang diutarakan oleh Keith A. Robert, dan dikutip oleh ImamSuprayoga, bahwa penelitian yang berbasis sosiologi termasuk kajianLiving Quran akan memfokuskan terhadap dua hal. Pertama,pengelompokan lembaga agama, meliputi pembentukannya. Kedua,Yusuf M, “Pendekatan Sosiologi dalam Penelitian Living Qur’an,” dalam M. Mansyur,dkk., Metodologi Penelitian Living Qur’an dan Hadits, (Yogyakarta: TH. Press, 2007), hlm 36-37.13

12perilaku individu dalam kelompok-kelompok yang mempengaruhi statuskeagamaan dan perilaku ritual.Dalam kajian Living Quran, paradigma yang di perlukan tidak samadengan paradigma yang digunakan untuk mengkaji Alquran sebagaisebuah kitab. Akan tetapi, teks dalam kajian Living Quran dimaknai secarametamorposis dan merupakan sebuah model. Teks yang sesungguhnyaadalah gejala sosial budaya itu sendiri, bukan kitab, surat atau ayat.14Urgensi kajian Living Quran lainnya adalah menghadirkanparadigma baru dalam kajian Alquran kontemporer, sehingga studiAlquran tidak hanya berkutat pada wilayah kajian teks. Pada wilayahLiving Quran ini kajian tafsir akan lebih banyak mengapresiasi responsdan tindakan masyarakat terhadap kehadiran Alquran, sehingga tafsir tidaklagi bersifat elitis, melainkan emansipatoris yang mengajak partisipasimasyarakat.Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigmafenomenologi yaitu paradigma yang mempelajari suatu gejala sosialbudaya dengan berusaha mengungkap kesadaran pengetahuan perilakumengenai dunia yang sedang dihuni dan kesadaran mengenai perilaku.Penggunaan paradigma ini, tidak lagi menilai kebenaran atau kesalahanpemahaman para perilaku, karena yang dianggap bukan lagi benarsalahnya pemahaman (tafsir). Tetapi titik tekannya adalah isi pemahaman14Heddy Shir Ahisma Putra, The Living Quran: Beberapa Presfektif Antropologi, dalamWalisongo, Vol.20,no. 1 (Mei 2012), hlm.235.

13yang menjadi dasar dari pola-pola perilaku dan memahami gejalapemaknaan Alquran lewat model-model struktural juga.Edmund Husserl (1859-1938) merupakan tokoh dan penggagas teorifenomenologi yang beraliran filsafat. Berasal dari bahasa Yunani(phenomenon) yang bermakna sesuatu yang tampak, sesuatu yang terlihat.Studi fenomenologi merupakan studi tentang makna. Jadi fenomenologiadalah ilmu berorientasi untuk dapat mendapatkan penjelasan tentangrealitas yang tampak. Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitasyang tidak berdiri sendiri karena memiliki makna yang memerlukanpenafsiran lebih lanjut.Menurut Collin, fenomenologi mampu mengungkap objek secarameyakinkan, meskipun objek itu berupa objek kognitif maupun tindakanataupun ucapan. Fenomonelogi yang dilakukan seseorang adalah selalumelibatkan mental.Fenomenologi menekankan bahwa keunikan spirit manusiamembutuhkan metode yang khusus sehingga seseorang mampumemahaminya secara autentik. Menurut Weber, dalam memahamisosiobudaya maka diperlukan beberapa metode khusus dalam rangkamemahami makna tindakan orang lain. Metode verstehen mengarah padasuatu tindakan bermotif pada tujuan, yang hendak dicapai atau yangdisebut in order to motive.Teori yang peneliti gunakan dalam menganalisa bentuk interaksisantri Pondok Pesantren Ittihadul Ummah terhadap Alquran dalam kasus

14Tradisi Khotmul Quran Malam Ahad Legi adalah teori Farid Esack. Dalambuku The Quran: a Short Indroduction, Farid Esack membagi pembacateks Alquran ke dalam tiga tingkatan: pertama, pencinta tak kritis (theuncritical lover). Kedua, pencinta ilmiah (the scholarly lover). Yangterakhir adalah pencinta kritis (the critical lover). Tipologi tersebutdibangun dengan analogi hubungan the lover dan body of a beloved(pencinta dan tubuh seorang kekasih). The lover diwakili oleh pembacadan body of a beloved itu adalah teks Alquran itu sendiri.Pertama, pencinta tak kritis (the uncritical lover). Pencinta tak kritisdapat dicontohkan seperti orang yang sedang jatuh cinta buta, sehinggapesona dari kekasihnya membuat hatinya tidak mampu melihatkekurangan sedikit pun dari kekasihnya.Dalam konteks Alquran, pembaca seperti senantiasa memposisikanAlquran di atas segalanya. Alquran adalah kitab suci yang tidak bolehdipertanyakan apalagi dikritisi. Mereka pun terkadang luput darijangkauan makna terdalam Alquran. Kelompok seperti ini juga terkadangmenggunakan Alquran dalam berbagai aspek kehidupan, sepertimenggunakan ayat tertentu untuk pengobatan, penyemangat hidup, danpenghindar dari bahaya.15Kedua, pencinta ilmiah (the scholarly lover). Kelompok ini adalahkelompok yang mencintai Alquran secara rasional. Tidak cinta butasebagaimana kelompok pertama. Kecintaannya terhadap kekasih tidak15Farid Esack, The Qur’an: a Short Indtroduction (London: Oneworld Publicatioan 2002), hlm 2.

15membutakan matanya. Dalam posisi ini orang yang sedang jatuh cintatersebut selalu mencari tahu informasi tentang kekasihnya untuk semakinmemantapkan cintanya. Dalam kaitannya dengan Alquran, pencintaseperti ini adalah mereka yang terpesona dengan keindahan Alquran, tapimereka tetap mengkaji lebih dalam kandungan dan kemukjizatan Alquran,baik dari segi bahasa, kandungan makna atau sejarahnya. Maka darimerekalah sejumlah karya ilmiah yang terkait dengan Alquran tafsirsampai hari ini masih menjadi rujukan bagi seluruh pengkaji studiAlquran.Ketiga, pencinta kritis (the critical lover). Kelompok ketiga iniadalah bersifat ktitis terhadap sang kekasih. Cintanya terhadap sangkekasih menimbulkan rasa penasaran terhadap seluk beluk dari kekasihnyatersebut. Sehingga orang yang sedang jatuh cinta itu sampai mencariinformasi yang detail tentang sang kekasih. Hal ini sangat diperhitungkanorang tersebut. Karena mereka tidak mau ketika salah dalam meilihkekasih. Sama halnya dengan Alquran, kelompok pencinta kritismenempatkan Alquran tidak sekedar sang kekasih yang tanpa cacat dankekurangan, tapi menjadikannya objek kajian yang sangat menarik.Mereka menggunakan sejumlah ilmu-ilmu humaniora modern, sepertiantropologi, sosiologi, psikologi, dan hermeneutika, dalam rangkamendalami dan menyelami kandungan makna yang dikandungnya. Karena

16pembaca faham bahwa Alquran masih bersifat global yang membutuhkanilmu lain untuk mendalaminya. 16F. Metode PenelitianMetode penelitian yang kami gunakan dalam melakukan penelitianini adalah dengan menggunakan metode Living Quran yang merupakansebuah pendekatan baru dalam kajian Alquran. Living Quran adalah kajianatau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengankehadiran Alquran atau keberadaan Alquran di sebuah komunitas Muslimtertentu. Living Quran juga bisa dimaknai sebagai “teks Alquran yanghidup dalam masyarakat.” Pendekatan ini berusaha memotret prosesinteraksi masyarakat terhadap Alquran, yang tidak sebatas padapemaknaan teksnya, tetapi lebih ditekankan pada aspek penerapan teksteks Alquran dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan teks-teks Alqurantersebut kemudian menjadi tradisi yang melembaga dalam kehidupansehari-hari.Penelitian Living Quran memerlukan pendekatan sosiologi dalamprakteknya. Hal ini dikarenakan Living Quran juga merupakan suatuupaya untuk membuat hidup dan menghidupkan Alquran oleh masyarakat,dalam arti respon sosial terhadap Alquran. Baik Alquran dalam hal inidilihat oleh masyarakat sebagai ilmu dalam wilayah yang profan ataupunsebagai petunjuk dalam keadaan yang bernilai sakral. Karena kedua16Ibid, hlm 2.

17keadaan inilah yang sesungguhnya menghasilkan sikap dan pengalamankemanusiaan berharga yang membentuk sistem religi karena doronganemosi keagamaan, dalam hal ini emosi diri dan Alquran.171. PendekatanJenis penelitian dalam kajian ini adalah penelitian kualitatif denganmenggunakan metode deskriptif. Penelitian kualitatif adalah suatupenelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisisfenomena, peristiwa, aktivitas sosial, kepercayaan, persepsi,pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Metodedeskriptif untuk menggambarkan berbagai gejala dan fakta yangterdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam. Jadi jenispenelitian kualitatif menggunakan metode deskriptif cocok untukmeneliti penelitian Living Quran mengenai “Tradisi Khotmul Quran(Studi Living Quran Pemaknaan Khotmul Quran di Pondok PesantrenIttihadul Ummah Ponorogo.)”2. Lokasi penelitian.Lokasi penelitian adalah di Pondok Pesantren Ittihadul UmmahJarakan Banyudono Ponorogo Jawa Timur Indonesia.3. DataData merupakan suatu bahan yang masih mentah yangmembutuhkan pengolahan lebih lanjut sehingga menghasilkanMuhammad Yusuf, “Pendekatan Sosiologi Dalam Penelitian Living Quran”, dalamSahiron Syamsuddin (Ed.), Metode Penelitian Living Qur‟an dan Hadits (Yogyakarta: Teras, 2007),hlm 36.17

18informasi atau keterangan, baik kuantitatif maupun kualitatif yangmenunjukkan suatu fakta. Pada konteks penelitian data bisa diartikansebagai keterangan tentang variabel pada beberapa objek. Datamemberikan keterangan tentang objek-objek dalam variabel tertentu.Data mempunyai peran yang amat penting di dalam penelitiankarena:a. Data mempunyai fungsi sebgai alat uji pertanyaan atauhipotesis penelitian.b. Kualitas data sangan menentukan kualitas dari hasilpenelitian. Artinya hasil penelitian sangat bergantung padakualitas data yang sukses dikumpulkan.1) Data Primer.Untuk data primer didapatkan dari pendapat pengasuhPondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan BanyudonoPonorogo, serta santri Pondok Pesantren Ittihadul UmmahJarakan Banyudon Ponorogo “Tradisi Khotmul Quran (StudiLiving Quran Pemaknaan Khotmul Quran di PondokPesantren Ittihadul Ummah Ponorogo.)”2) Data Sekunder.Untuk data sekunder didapatkan dari hasil buku bacaanuntuk memperkuat data data yang dibutuhkan dalam penelitianini.

194. Sumber Data.a. Sumber Data PrimerSumber data primer merupakan data yang berhubungandengan variabel penelitian dan diambil dari responden, hasilobservasi dan wawancara dengan subyek penelitian. Dalam halini penulis bekerjasama dengan pengasuh, pengurus dan santriPondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan BanyudonoPonorogo.Sumber data ini didapatkan dari pengasuh PondokPesantren Ittihadul Ummah Jarakan Banyudono Ponorogo, sertasantri Pondok Pesantren Ittihadul Ummah Jarakan BanyudonPonorogo.b. Sumber Data SekunderData sekunder adalah data tambahan yang digunakan untukmelengkapi data primer yang ada. Dalam penelitian ini datatambahan yang digunakan adalah beberapa jurnal yang terkaitdengan tema, buku-buku pendukung, dan sumber data lainnyayang berkaitan dengan penelitian ini.5.Teknik pengumpulan data pada penelitian ini meliputi beberapacara yaitu:a. Observasi

20Secara umum, observasi berarti pengamatan dan penglihatan.Sedangkan secara khusus dalam dunia penelitian, observasiadalah proses mengamati dan mendengar dalam rangkamemahami, mencari jawaban, mencari bukti terhadap suatufenomenaselamabeberapawaktu tanpamempengaruhifenomena yang di observasi, dengan mencatat, merekam,memotret fenomena tersebut guna penemuan data analisis. 18b. WawancaraTeknik pengumpulan data dengan wawancara merupakantehnik utama yang peneliti gunakan untuk mendapatkan jawabantentang pemahaman santri dalam pemaknaan “Tradisi KhotmulQuran (Studi Living Quran Pemaknaan Khotmul Quran diPondok Pesantren Ittihadul Ummah Ponorogo.)”c. Metode dokumentasiMetode dokumentasi adalah metode pengumpulan data yangtidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studidokumen adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagaimacam dokumen yang berguna untuk bahan analisis. Dokumenyang dapat digunakan dalam pengumpulan data dibedakanmenjadi dua, yakni:1.18Dokumen PrimerImam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung: RemajaRosdakarya, 2003), hlm 167.

21Dokumen primer adalah dokumen yang ditulis olehorang yang langsung mengalami suatu peristiwa, misalnya:autobiografi2.Dokumen SekunderDokumen sekunder adalah dokumen yang ditulisberdasarkan ol

diawali dengan membaca tawasul dan kirim doa leluhur, proses khotmul Quran . Baqarah yang terdiri dari 286 ayat sedangkan yang paling pendek adalah . yang lain menyimak bacaan teman yang membaca di mikrofon.